Senin, 10 Maret 2014


Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus (Tuna Rungu)



TUNA RUNGU
Yang dimaksud dengan anak tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Bagi anak yang kurang pendengaran atau tipe gangguan pendengaran yang lebih ringan, dapat diatasi dengan alat bantu dengar. Menurut Moores (dalam Hallahan dan Kauffman, 2006), defenisi dari ketunarunguan adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian lain, baik dalam derajat frekuensi dan intensitas.
Hallahan dan Kauffman (2006) membedakan antara ketulian dengan gangguan pendengaran. Orang yang tuli adalah mereka yang ketidakmampuan mendengarnya menghambat keberhasilan memproses informasi bahasa melalui pendengaran, dengan maupun tanpa alat bantu dengar. Sementara itu, orang yang secara umum sulit untuk mendengar, dengan bantuan alat bantu dengar, masih memiliki kemampuan mendengar yang cukup untuk memproses informasi bahasa melalui pendengaran.. 
Anak dengan gangguan pendengaran (tuna rungu) seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Masalah utama pada anak dengan gangguan pendengaran adalah masalah komunikasi. Ketidakmampuannya untuk berkomunikasi berdampak luas, baik pada segi keterampilan bahasa, membaca, menulis maupun penyesuaian sosial serta prestasi sekolahnya. Namun demikian, apabila dicermati, sebenarnya bukan hanya aspek-aspek itu saja yang terpengaruh, melainkan seluruh aspek perkembangannya dan aspek kehidupannya juga terpengaruh.                                                                         (Mangunsong, Frieda. 2008)
Berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar bunyi, Ashman dan Elkins (1994) mengklasifikasikan ketunarunguan ke dalam empat kategori, yaitu:
  1. Ketunarunguan ringan (mild hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB (desibel). Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
  2. Ketunarunguan sedang (moderate hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).
  3. Ketunarunguan berat (severe hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
  4. Ketunarunguan berat sekali (profound hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Mendengar percakapan normal tidak mungkin baginya, sehingga dia sangat tergantung pada komunikasi visual. Sejauh tertentu, ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu dengan kekuatan yang sangat tinggi (superpower).      (web)
Karakteristik Tunarungu:
Ø  Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal seusianya.
 
Ø  Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut:
a.       Pergaulan terbatas, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
b.      Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menyesuaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada "aku/ego", sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
c.       Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.
d.      Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu.
e.       Memiliki sifat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
f.       Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.
Ø  Karakteristik tunarungu dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut:
a.       Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu);
b.      Gerak matanya lebih cepat
c.       Gerakan tangannya cepat/lincah
d.      Pernafasannya pendek
Sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.                                                                                                               (web)
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa anak tuna rungu memiliki keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa, maka dengan alasan inilah, kami memberikan penangan kepada anak tuna rungu, yang berguna untuk membantu mereka dalam pembelajaran mereka terutama Matematika. Penanganan ini lebih banyak menggunakan non verbal daripada verbal, sehingga akan lebih mudah untuk dipahami.
Berikut adalah penanganan yang akan diberikan kepada anak penyandang Tuna Rungu:
Nama Penanganan    : Melatih Kognitif dengan Puzzle Stick
Tujuan                       : Membantu anak untuk lebih mudah mengenal dan memahami bangun datar
Cara Pelaksanaan     :
1.      Guru memberikan dan menjelaskan materi yang telah disediakan.
2.      Kemudian, guru memberikan puzzle stick yang telah berbentuk bangun datar.
3.      Guru mencontohkan kepada anak cara membentuk bangun datar dengan puzzle stick.
4.      Kemudian, guru meminta anak untuk membuat sendiri bangun datar sesuai materi yang telah diberikan.
Alat dan Bahan         :
1.      Materi Bangun Datar
2.      Puzzle Stick
3.      Lem
4.      Pensil dan Penggaris
Cara Pembuatan Bahan       :
1.      Bahan Bangun Datar
Bahan ditulis pada selembar kertas karton manila berwarna biru. Bahan tersebut diambil dari mata pelajaran Matematika SD kelas II. Bahan dirangkum agar lebih singkat dan mudah untuk dipahami.
2.      Bangun datar yang sudah dibentuk
Puzzle Stick disusun sesuai dengan materi yang diberikan kemudian ditempel dengan menggunakan lem. Khusus untuk bagian puzzle stick yang harus dipotong, diukur terlebih dahulu kemudian dipotong, bisa dengan menggunakan tangan saja (melipat stick).

 
 DAFTAR PUSTAKA

Mangunsong, Frieda. 2008. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus LPSP3 UI.

Selasa, 13 Agustus 2013

TABUNGAN KEPINGAN


Program tabungan kepingan merupakan suatu prosedur kombinasi untuk meningkatkan, mengajar, mengurangi, dan memelihara berbagai perilaku.
Program tabungan kepingan meliputi kegiatan perjanjian tentang bentuk kepingan yang akan didapat, tingkah laku yang mendapat kepingan, nilai dan harga tukar tabungan kepingan, dan motivasi untuk dapat menguatkan sikap hasil intervensi dan menggantikan tabungan kepingan saat program berakhir. Jadi, dalam program ini selalu dibuat pemberian satu kepingan (atau satu tanda, satu isyarat) sesegera mungkin setelah perilaku sasaran muncul. Kepingan-kepingan ini nantinya dapat ditukar dengan benda atau aktivitas pengukuh yang diingini subjek.
Contoh dari program tabungan kepingan : ada seorang anak SMP yang malas mengerjakan tugas sekolah. Ibunya akan menggunakan program kepingan tabungan untuk mengurangi perilaku malasnya dalam mengerjakan tugas sekolah. Ibunya terlebih dahulu membuat suatu perjanjian dengan si anak. Ketika anak mendapat dapat menyelesaikan tugas sekolahnya dan mendapat nilai 100, ia akan mendapat satu stiker. Stiker ini dijadikan sebagai kepingan dimana jika 30 stiker sudah terkumpul dari si ibu, anak dapat menukarkan stiker-stiker tersebut untuk memperoleh pengukuh yang diinginkan si anak, misalnya sepeda baru.



Penerapan Efektif Tabungan Kepingan

1.     Hindari penundaan
Contoh : anak diberikan 1 tanda bintang secara langsung jika ia mendapat nilai 100 untuk tugasnya. Bintang-bintang (kepingan) yang telah terkumpul akan ditukar dengan pengukuh yang ada. 


2.     Berikan kepingan secara konsisten
Contoh : Tanda bintang diberikan secara konsisten (tetap dan teratur) tiap kali tugasnya mendapat nilai 100.
Ketika tidak terlambat, pegawai akan diberikan kepingan secara teratur berupa mengisi absen. Akhir bulan, absensi yang paling banmyak ditukar menjadi penguat berupa penghargaan tenaga kerja yang paling rajin.

3.     Memperhitungkan kuantitas
Contoh : 1 stiker hanya diberikan kepada anak ketika anak menunjukkan perilaku menyapu halaman. Jadi, sekali anak menunjukkan perilaku menyapu halaman, ia hanya akan mendapatkan satu stiker.

4.     Persyaratan hendaknya jelas
Contoh : 1 tanda pada tabel yang ditempelkan di dinding hanya diberikan jika anak mendapatkan nilai 100 saat ujian matematika.

5.     Pilih pengukuh yang macam dan kualitasnya memadai
Contoh : hal ini berarti kepingan-kepingan yang telah dikumpulkan anak harus ditukar dengan pengukuh yang tepat atau pengukuh yang diinginkan si anak. Misalnya 40 stiker yang dikumpulkan si anak ditukar dengan aktivitas rekreasi bersama keluarga ke kebun binatang.

6.     Kelancaran pengadaan pengukuh idaman
Contoh : tanda-tanda atau isyarat-isyarat yang telah dikumpulkan oleh si anak langsung ditukar dengan pengukuh yang diinginkan oleh si anak. 40 tanda dalam tabel langsung ditukar dengan pakaian yang diinginkan si anak.

7.     Pemasaran pengukuh idaman
Contoh : dalam iklan Telkomselpoin ; pelanggan telkomsel harus mengumpulkan terlebih dahulu 10000 poin dengan cara mengisi pulsa sebanyak-banyaknya untuk ditukarkan dengan pengukuh idaman berupa mobil BMW.

8.     Jodohkan pemberian kepingan dengan pengukuh sosial positif
Contoh : ketika anak tidak terlambat bangun, ia diberi tanda bintang (sebagai kepingan) sekaligus pujian (sebagai pengukuh sosial positif): wah, hebat ya! Kamu tidak terlambat bangun lagi. Kami bangga sama kamu.

9.     Perhitungkan efeknya terhadap oranglain
Contoh : ketika si kakak menunjukkan perilaku malas belajar, orangtua berusaha menerapkan program tabungan kepingan. Jika si kakak mendapatkan nilai 80 ke atas dalam 15ujian yang dihadapinya, orangtua akan memberikan laptop baru. Hal ini meberikan efek negatif terhadap si adik dimana si adik yang tadinya rajin belajar melihat perilaku tersebut  dan ikut-ikutan malas belajar agar si orangtua juga menerapkan program tabungan kepingan yang sama dengannya. Si adik berpikir jika ia dapat mengumpulkan stiker-stiker tersebut, ia dapat menukarkannya dengan pengukuh yang ia inginkan seperti hp baru.

10.Perlu persetujuan berbagai pihak
Contoh : ayah dan ibu sama-sama sepakat untuk melakukan program tabungan kepingan untuk mengurangi perilaku anak yang jelek/yang tidak diinginkan.

11.Perlu kerjasama subjek
Contoh : subjek bersedia untuk mengikuti persyaratan yang ditawarkan kepadanya. Subjek mau menunjukkan perilaku yang diinginkan atau mengurangi perilaku yang tidak diinginkan untuk memperoleh tabungan kepingan.

12.Perlu latihan bagi pelaksana
Contoh : orangtua berusaha melatih dirinya untuk secara konsisten memberikan token kepada si anak ketika anak menunjukkan perilaku yang diharapkan oleh orangtua, untuk memperkuat perilaku target.

13.Perlu pencatatan
Contoh : dengan memberi tanda pada tabel di dinding sebagai token (tabungan kepingan) ketika anak menunjukkan perilaku yang diharapkan.

14.Kombinasi dengan prosedur lainnya
Contoh : Murid SMP yang tidak ribut di kelas akan diberi tanda oleh gurunya. Tanda terbanyak akan ditukar dengan pemberian buku ensiklopedia. Ketika murid tersebut mencoba ribut, ia akan dihukum berlari keliling lapangan sebanyak 3x. Jadi, si murid tidak hanya diberi tabungan kepingan, tetapi juga akan diberi hukuman ketika ia menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan.

15.Follow-up : Penundaan pengukuhan
Contoh : si anak selalu membereskan kamar tidur agar memperoleh 15 stiker yang akan ditukar dengan 2 potong burger. Sesudah anak mengumpulkan stiker-stiker tersebut hingga mencapai 15, ia kembali menunjukkan perilakunya yang tidak diinginkan yaitu tidak lagi membereskan tempat tidurnya. Pada situasi seperti ini, si orangtua yang akan memberi pengukuh dapat menunda terlebih dahulu dalam menukarkan tanda-tanda yang dikumpulkan anak menjadi pengukuh yang diinginkan si anak.

Kamis, 01 Agustus 2013

TOKOH PSIKOLOGI DAN TEORINYA


Berikut ini, saya akan memberikan penjelasan tentang teori dari beberapa tokoh Psikologi. Meski tidak begitu detail, saya memberikan secara rinci saja untuk bisa lebih mudah memahami masing-masing teori.
ok Let's see...........(~_~)
 
 Sigmund Freud (1856-1939)
Psikoanalisis hampir diidentikkan dengan sosok seorang Freud.
Freud mengemukakan tiga struktur spesifik kepribadian yaitu Id, Ego dan Superego. Ketiga struktur tersebut diyakininya terbentuk secara mendasar pada usia tujuh tahun.
Id merupakan libido murni atau energi psikis yang bersifat irasional. Id merupakan sebuah keinginan yang dituntun oleh prinsip kenikmatan dan berusaha untuk memuaskan kebutuhan ini. Ego merupakan sebuah pengatur agar id dapat dipuaskan atau disalurkan dalam lingkungan sosial. Sistem kerjanya pada lingkungan adalah menilai realita untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego. Sedangkan Superego sendiri adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan nilai baik-buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan Ego yaitu Id.

Albert Bandura
Teori Berpikir Sosial (social Learning Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku , lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking). Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal.
Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan
Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda.
Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas.
Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada
1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar,
2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978).
Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya.
Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
 Seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Dalam hal ini, eksperimen yang dilakukan oleh pavlov menggunakan anjing sebagai subyek penelitian. Dalam ekperimennya yakni bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel. Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction  atau penghapusan.

Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.