TUNA RUNGU
Yang dimaksud dengan anak tunarungu
adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga membutuhkan
pelayanan pendidikan khusus. Bagi anak yang kurang pendengaran atau tipe
gangguan pendengaran yang lebih ringan, dapat diatasi dengan alat bantu dengar.
Menurut Moores (dalam Hallahan dan Kauffman, 2006), defenisi dari ketunarunguan
adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan hal ini tampak dalam
wicara atau bunyi-bunyian lain, baik dalam derajat frekuensi dan intensitas.
Hallahan dan Kauffman (2006)
membedakan antara ketulian dengan gangguan pendengaran. Orang yang tuli adalah
mereka yang ketidakmampuan mendengarnya menghambat keberhasilan memproses
informasi bahasa melalui pendengaran, dengan maupun tanpa alat bantu dengar.
Sementara itu, orang yang secara umum sulit untuk mendengar, dengan bantuan
alat bantu dengar, masih memiliki kemampuan mendengar yang cukup untuk
memproses informasi bahasa melalui pendengaran..
Anak dengan gangguan pendengaran
(tuna rungu) seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Masalah utama pada anak
dengan gangguan pendengaran adalah masalah komunikasi. Ketidakmampuannya untuk
berkomunikasi berdampak luas, baik pada segi keterampilan bahasa, membaca,
menulis maupun penyesuaian sosial serta prestasi sekolahnya. Namun demikian,
apabila dicermati, sebenarnya bukan hanya aspek-aspek itu saja yang
terpengaruh, melainkan seluruh aspek perkembangannya dan aspek kehidupannya
juga terpengaruh. (Mangunsong, Frieda. 2008)
Berdasarkan
tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar bunyi, Ashman dan Elkins (1994)
mengklasifikasikan ketunarunguan ke dalam empat kategori, yaitu:
- Ketunarunguan ringan (mild hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB (desibel). Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
- Ketunarunguan sedang (moderate hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).
- Ketunarunguan berat (severe hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
- Ketunarunguan berat sekali (profound hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Mendengar percakapan normal tidak mungkin baginya, sehingga dia sangat tergantung pada komunikasi visual. Sejauh tertentu, ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu dengan kekuatan yang sangat tinggi (superpower). (web)
Karakteristik
Tunarungu:
Ø Karakteristik anak tunarungu dalam
aspek akademik
Keterbatasan
dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung
memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan
cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal
seusianya.
Ø Karakteristik anak tunarungu dalam
aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut:
a. Pergaulan terbatas, sebagai akibat
dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
b. Sifat ego-sentris yang melebihi anak
normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi
berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menyesuaikan diri, serta tindakannya
lebih terpusat pada "aku/ego", sehingga kalau ada keinginan, harus
selalu dipenuhi.
c. Perasaan takut (khawatir) terhadap
lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang
percaya diri.
d. Perhatian anak tunarungu sukar
dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu.
e. Memiliki sifat polos, serta
perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
f. Cepat marah dan mudah tersinggung,
sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan
perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang
lain.
Ø Karakteristik tunarungu dari segi
fisik/kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Jalannya kaku dan agak membungkuk
(jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu);
b. Gerak matanya lebih cepat
c. Gerakan tangannya cepat/lincah
d. Pernafasannya pendek
Sedangkan dalam aspek kesehatan,
pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya. (web)
Seperti yang telah dijelaskan di
atas, bahwa anak tuna rungu memiliki keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan
berbahasa, maka dengan alasan inilah, kami memberikan penangan kepada anak tuna
rungu, yang berguna untuk membantu mereka dalam pembelajaran mereka terutama
Matematika. Penanganan ini lebih banyak menggunakan non verbal daripada verbal,
sehingga akan lebih mudah untuk dipahami.
Berikut
adalah penanganan yang akan diberikan kepada anak penyandang Tuna Rungu:
Nama
Penanganan : Melatih
Kognitif dengan Puzzle Stick
Tujuan : Membantu anak untuk
lebih mudah mengenal dan memahami bangun datar
Cara
Pelaksanaan :
1. Guru
memberikan dan menjelaskan materi yang telah disediakan.
2. Kemudian,
guru memberikan puzzle stick yang telah berbentuk bangun datar.
3. Guru
mencontohkan kepada anak cara membentuk bangun datar dengan puzzle stick.
4. Kemudian,
guru meminta anak untuk membuat sendiri bangun datar sesuai materi yang telah
diberikan.
Alat
dan Bahan :
1. Materi
Bangun Datar
2. Puzzle
Stick
3. Lem
4. Pensil
dan Penggaris
Cara
Pembuatan Bahan :
1. Bahan
Bangun Datar
Bahan ditulis pada
selembar kertas karton manila berwarna biru. Bahan tersebut diambil dari mata
pelajaran Matematika SD kelas II. Bahan dirangkum agar lebih singkat dan mudah
untuk dipahami.
2. Bangun
datar yang sudah dibentuk
Puzzle Stick disusun
sesuai dengan materi yang diberikan kemudian ditempel dengan menggunakan lem.
Khusus untuk bagian puzzle stick yang harus dipotong, diukur terlebih dahulu
kemudian dipotong, bisa dengan menggunakan tangan saja (melipat stick).
DAFTAR PUSTAKA
Mangunsong, Frieda. 2008. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus LPSP3
UI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar